KENAPA CORONA SUSAH TERPUTUS RANTAINYA?


21 Mei 2020, Kasus Corona di Indonesia mencapai 20.162 dengan jumlah pasien meninggal 1.278 dan sembuh 4.838. Alhamdulillah, angka kesembuhan jauh lebih banyak daripada angka kematian. Tapi melihat penambahan jumlah pasien positif corona yang melonjak drastis hingga mencapai 973 hari ini, membuat kita bergidik ngeri. Semakin lama angkanya tidak menurun, justru merangkak naik. 

Kesadaran juga semakin berkurang. Semakin banyak kita jumpai pejalan kaki atau pemotor yang tidak menggunakan masker, bahkan ditempat berkerumun orang banyak sekalipun. Mendekati lebaran, pemudik dari berbagai kota datang ke daerah asal. Jika dulu pemerintah menerapkan aturan dilarang mudik, maka sekarang aturannya dirubah, "Mudik dilarang, pulang kampung diperbolehkan". Menurut para petinggi yang ilmunya dan datanya jauh lebih akurat daripada orang awam, mudik dan pulang kampung berbeda. Apa yang membedakan? Jika mudik adalah pulang untuk sementara. Sedangkan pulang kampung adalah pulang ke kampung halaman untuk berkumpul kembali bersama keluarga. Ada beberapa "syarat" yang harus dipenuhi untuk bisa mudik ke daerah. Dan inilah syarat yang harus dipenuhi oleh pemudik :

1. Beberapa orang yang bekerja di bidang lembaga pemerintah atau swasta yang bertugas menyelenggarakan pelayanan pertahanan, keamanan, kesehatan, ketertiban umum, kebutuhan dasar, fungsi ekonomi penting. Ini juga berlaku bagi masyarakat yang bekerja di proses pelayanan percepatan penanganan pandemi COVID-19.
2. Masyarakat yang memerlukan pelayan kesehatan darurat atau perjalanan yang keluarga intinya sakit keras atau meninggal dunia.
3. Pemulangan PMI, WNI, dan pelajar dari luar negeri yang ingin mudik ke daerah asal.

Baiklah, mungkin kita bisa sedikit lega saat mengetahui ada beberapa aturan yang diterapkan oleh pemerintah. Tetapi faktanya, posko yang merupakan garda terdepan dalam penanganan covid19 mendapati beberapa pemudik yang bisa pulang dengan berlenggang kangkung tanpa membawa syarat apapun juga. Tidak ada surat keterangan sehat dari instansi kesehatan. Artinya, tidak ada protokoler yang jelas mengenai aturan mudik di tengah pandemi corona. Bayangkan jika dalam satu hari, di satu wilayah kedatangan 100 orang pemudik dari berbagai kota. Kita tidak pernah tahu, dimana virus itu hinggap hingga berpindah tempat ke tubuh kita. Oke, kalau tubuh dan imun kita bagus. Kita bisa sembuh dengan sendirinya. Orang-orang di sekitar kita? Orang tua dan anak kita misalnya, saudara kita, kerabat, tetangga. Dan perlu diingat, tidak semua orang menunjukkan gejala corona. Karena kita tahu bahwa ada kategori baru untuk virus ini, yaitu OTG atau Orang Tanpa Gejala. 

Penanganan yang terkesan setengah setengah ini membuat mereka yang berjuang langsung membuat hati mereka serasa disakiti. Belum lagi saat melihat banyaknya pecinta mitos lebaran harus pakai baju baru mulai turun gunung. Sudah tidak ada lagi yang namanya physical distancing apalagi social distancing. Masa bodoh, yang penting lebaran baju harus baru. Kita lihat saja perkembangannya setelah lebaran dilewati, mungkin angkanya sudah bertambah lagi puluhan ribu. Astaghfirullah, naudzubillahmindzalik. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIRIFORMIS SYNDROME

HOTEL MAJAPAHIT a.k.a ORANJE HOTEL