Anak, adalah titipan dari Allah. Saya setuju. Dan Ibu, adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Saya sangat setuju. Lalu bagaimana dengan Bapak? Sebagian berpendapat bahwa Bapak adalah penyokong keluarga. Dalam hal materiil, keuangan, finansial, penyedia fasilitas dan sarana kehidupan bagi keluarganya. Sebagian lagi berpendapat bahwa Bapak adalah salah satu madrasah pendamping yang bertugas mendampingi Ibu dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. 

Mana yang lebih benar?

Dua duanya benar. Bapak adalah penyokong finansial keluarga dan juga pendamping Ibu dalam mendidik anak - anaknya. Tetapi yang seringkali terjadi di masyarakat adalah, Bapak mengabaikan salah satu tugasnya dalam mendidik anaknya karena menganggap itu adalah kewajiban mutlak para Ibu. Wait.... tunggu dulu Bapak-bapak yang budiman. Ibu memang berkewajiban mendidik anak-anak agar mereka mendapatkan pendidikan agama, moral, norma dan etika. Tetapi tahukah anda? Seorang anak yang juga mendapatkan bimbingan dari Bapaknya sejak dalam kandungan akan mendapatkan kesejahteraan emosi yang lebih stabil daripada mereka yang tidak dekat dengan sosok Bapak. Lalu apakah ini berarti peran Ibu bisa digantikan oleh Bapak? Tentu saja tidak. Ibu tetap memiliki peran penting bagi tumbuh kembang anak. 

Seorang anak yang dekat dengan Bapaknya akan terbentuk jiwa karakter yang lebih kuat. Jiwa sosialiasinya akan lebih baik dengan kondisi emosional yang lebih stabil. Telah umum kita ketahui bahwa laki-laki lebih banyak menggunakan logika karena motorik mereka lebih baik daripada perempuan. Sinkronisasi antara mata, tangan dan impulsif terhadap sesuatu membuat anak-anak secara tidak langsung belajar menggunakan rasionalitas atas permasalahan yang dihadapi. Itulah yang membuat karakter anak lebih kuat jika dekat dengan sosok Bapak. 


Anak laki-laki saya, role model utama dalam hidupnya adalah Bapaknya. Bahkan cita-citanya memiliki pekerjaan yang sama seperti Bapaknya. Karena sejak kecil dia melihat Bapaknya bertanggungjawab kepada keluarganya, maka yang selalu dia utarakan kepada saya adalah bagaimana nantinya dia akan menjaga saya dan Bapaknya setelah dia dewasa. Ini membuktikan bahwa karakter kuat seorang Bapak akan diturunkan secara tidak langsung kepada anaknya. Jika Bapaknya adalah orang yang selalu peduli dan menghormati orang lain, maka si anak pun akan tumbuh dengan karakter yang sama persis dengan si Bapak. Begitu juga sebaliknya, jika si Bapak adalah orang yang selalu tidak peduli dan tidak bertanggungjawab kepada keluarga, bukan tidak mungkin anaknya akan tumbuh dengan karakter yang sama pula. Maka hal inilah yang perlu diwaspadai. Anda adalah pembentuk karakter anak, maka berhati-hatilah saat berinteraksi dengan anak anda maupun dengan orang lain. 

Dan saya sangat bersyukur sekali karena anak perempuan saya juga dekat dengan Bapaknya. Karena anak perempuan yang dekat dengan sosok Bapak, saat besar dia tidak akan dengan mudah termakan rayuan lelaki yang mendekatinya. Dia juga memiliki sosok yang akan dijadikan panutan untuk mencari sosok lelaki yang baik yang akan menjadi pendampingnya kelak. 

Untuk itulah kenapa kita harus menikah dengan laki-laki yang beragama baik. Karena agama yang baik akan menjadi dasar akhlak yang baik pula. Jika akhlak sudak baik, maka dia akan beradab baik. Jika adabnya baik, maka tutur kata dan perilakunya akan baik. Jadi jelas bukan? 

Lalu bagaimana jika anak-anak kita terlanjur tidak dekat dengan Bapaknya?

Yang pertama kali harus dilakukan adalah berbicara kepada suami kita. Dan para Bapak harus berani mengakui bahwa mereka kurang dekat dengan anak-anak secara emosi. Jika tidak mau mengakui, bagaimana kita bisa memperbaiki hubungan antara Bapak dan anak? Jika sudah berani mengakui, maka mulailah pendekatan dengan anak anda. Make a short quality time. Yang pertama kali dilakukan suami saya saat dia pulang dari manapun adalah menyapa kedua anaknya. Singkat saja. "Ngapain mbak?", "Sudah makan dek?", "Mau makan apa?". Mungkin terlihat remeh, tapi pasti anak-anak akan terbiasa dengan keberadaan Bapaknya. Dan saat Bapaknya tidak menyapa sehari saja, mereka akan bertanya keberadaannya. Contoh kecil, sore ini anak perempuan saya potong rambut. Dan begitu dia pulang bertemu dengan anaknya, yang pertama kali dikatakan adalah, " Waah, mbak potong rambut. Tambah cantik.". Jelas sekali suami saya menunjukkan bahwa dia memperhatikan perubahan pada anaknya.

Anak adalah titipan yang harus kita jaga dengan baik. Kita jaga imannya, kita jaga akhlaknya, kita jaga keamanannya, kita dukung pendidikan formalnya. Mungkin saat ini kita masih belum bisa melihat apa yang kita tanamkan kepada mereka, tetapi suatu saat nanti kita pasti menuai kebaikan dari ikhtiar tersebut. Maka semoga kita bisa menjadi orang tua yang menjadi panutan bagi anak-anak kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIRIFORMIS SYNDROME

HOTEL MAJAPAHIT a.k.a ORANJE HOTEL